0 komentar

ASKEB IV PATOLOGI KEBIDANAN

ASKEB IV (PATOLOGI KEBIDANAN) 1.1 Komplikasi kelainan, penyakit dalam persalinan v Pemeriksaan kehamilan dini 2. Kontak dini kehamilan trimester I 3. Skrining untuk deteksi 4. ANC Berdasarkan Kebutuhan Individu sesuatu untuk semuanya, tetapi lebih untuk yang membutuhkan sesuai dengan kebutuhannya. Resiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor resikonya dapat diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat dan merasa sehat. Skrining Antenetal Melakukan Deteksi dini Resiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya. BATASAN FAKTOR RESIKO PADA IBU HAMIL • KELOMPOK FR I/ Ada potensi resiko 1. Primi Muda : Terlalu Muda hamil pertma umur 16 tahun atu kurang 2. Primi Tua : a. Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih b. Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih 3. Primi Tua : Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih Sekunder 4. Anak Terkecil : Terlau cepat punya anak lagi, kurang 2 tahun <2 tahun 5. Grende Multi : Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih 6. Umur ≤ 35 tahun : Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih 7. Tinggi Badan ≤ 145 : Terlalu pendek pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pernah melahirkan normal dengan bayi cukp bulan dan hidup. 8. Pernah Gagal Kehamilan : Pernah gagal pada kehamilan yang lalu hamil yang pertama gagal Hamil ketiga/ lebih mengalami gagal 2 kali 9. Pernah Melahirkan Dengan : a. Tarikan b. Uri dikeluarkan oleh penolong dari dalam rahim c. Pernah diinfus/ transfuse pada pendarahan post partum 10. Bekas Operasi Sesar : Pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar sebelum kehamilan ini • KELOMPOK FR II/ Ada Resiko 11. Ibu Hamil Dengan Penyakit : a. Anemia : Pucat, lemas badan lekas lelah b. Malaria : Panas Tinggi, Menggigil keluar keringat, sakit kepala c. Tuber Colosa Paru : Batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk darah badan lemahlesu dan kurus d. Payah Jantung : Sesak nafas, jantung berdebar, kaki bengkak e. Penyakit lain : PSM 12. Preeklamsi Ringan : Bengkak tungkai dan tekanan darah tinggi 13. Hamil Kembar/ gemeli : Perut ibu sangat membesar, gerak anak terasa di beberapa tempat 14.Kembar Air/ Hidramnion : Perut ibu sangat membesar, gerak anak tidak begitu terasa, karena air ketuban terlalu banyak, biasanya anak kecil 15.Bayi mati dalam : Ibu hamil tidak terasa gerakan anak lagi kandungan 16. Hamil lebih bulan (Serotinus) : Ibu hamil 9 bulan dan lebih 2 munggu belum melahirkan. 17. Letak Sungsang : di atas perut : kepala bayi ada diatas dalam rahim , * Kelainan letak sungsang : Rasa berat (nggandol) menunjukkan letak kepala janin 18. Letak Lintang : Disamping perut : kepala bayi didalam rahim terletak dosebelah kanan atau kiri • KELOMPOK FR. III/ Ada Gawat Darurat 19. Perdarahan sbl bayi lahir : Mengeluarkan pada waktu hamil, sebelum kelahiran bayi 20. Preeklamsia Berat/ Eklamsia : Pada hamil 6 bulan lebih : sakit kepala, atau pusing, bengkak tungkai/ ditambah dengan terjadi kejang-kejang Deteksi dini penyulit persalinan • Partograf pada setiap persalinan kala I aktif - Djj - Air Ketuban U,J,M,D - Molase - Ø - Penurunan kepala - Waktu - Jam - Kontraksi - Oksitosin - Obat - Nadi, TD, Temp - Protein, Aseton dan volume urin Deteksi dini komplikasi masa nifas • Anemia 1. Risiko ini terjadi bila ibu mengalami perdarahan yang banyak, apalagi bila sudah sejak masa kehamilan kekurangan darah terjadi. Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini karena darah tak cukup memberikan oksigen ke rahim. • Eklampsia dan preeklampsia Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai munculnya gejala preeklampsia. Jika keadaannya bertambah berat bisa terjadi eklampsia, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah meningkat tinggi sekali. Akibatnya, pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada paru-paru yang memicu batuk berdarah. Semuanya ini bisa menyebabkan kematian. • Perdarahan postpartum 1. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi 2. terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik Involusi TFU Berat Uterus Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gram Uri Lahir 2 Jari b/ pusat 750 gram 1 minggu ½ pusat sympisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba 350 gram 6 minggu Tambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram • Depresi masa nifas 1. Terjadi terutama di minggu-minggu pertama setelah melahirkan, di mana kadar hormon masih tinggi. 2. Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas. 3. Tingkatannya bermacam-macam, mulai dari neurosis atau gelisah saja yang disertai kelainan tingkah laku, sampai psikosis seperti penderita sakit jiwa dan kadang-kadang sampai tak sadar, seperti meracau, mengamuk, dan skizofrenia. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan situasi nyatanya. • Infeksi masa nifas 1. Pada saat nifas, adanya darah yang keluar merupakan proses pembersihan rahim dari sel-sel sisa jaringan, darah, lekosit, dan lainnya. 2. Gejala infeksi nifas tergantung pada bagian tubuh yang diserang. Pada minggu-minggu pertama, gejala yang terjadi akibat perluasan infeksi biasanya belum terlihat. Setelah infeksi berkembang lebih lanjut, barulah gejala berikut mulai terlihat. 3. Bila infeksi terjadi pada daerah antara lubang vagina dan anus, bagian luar alat kelamin, vagina atau mulut rahim , biasanya timbul gejala, yakni: - Rasa nyeri dan panas pada tempat yang terinfeksi. - Kadang-kadang, rasa perih muncul ketika buang air kecil. - Sering juga disertai demam. 4. Bila terjadi infeksi pada selaput lendir rahim , gejalanya bisa dikenali dari cairan yang keluar setelah melahirkan. Cairan ini seringkali tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta atau selaput ketuban. Padahal, ini mengakibatkan gejala berikut: - Suhu tubuh meningkat. - Rahim membesar disertai rasa nyeri. 5. Bila infeksi menyebar melalui pembuluh darah balik ke berbagai organ tubuh , seperti paru-paru, ginjal, otak, atau jantung, akan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut. 6. Bila infeksi menyebar melalui pembuluh getah bening dalam rahim , dapat langsung menuju selaput perut atau kadang melalui permukaan selaput lendir rahim menuju saluran telur serta indung telur. Nah, gejala yang akan muncul berupa: - Rasa sakit. - Denyut nadi meningkat - Suhu tubuh meningkat disertai menggigil. 7. Jika infeksi terjadi, ibu mengalami gejala demam tinggi dan nifasnya berbau busuk. Selain itu rahim bisa menjadi lembek dan tak berkontraksi sehingga bisa terjadi perdarahan. Meski infeksi ini jarang berakibat fatal, tapi bila terjadi komplikasi bisa menyebabkan kematian. 1.2 DISTOSIA KELAINAN JANIN Roy (2003) mengemukakan pendapatnya bahwa tingginya diagnosa distosia merupakan akibat dari perkembangan perubahan lingkungan yang berlangsung lebih cepat dari pada perkembangan evolusi manusia itu sendiri. Joseph dkk (2003) melakukan analisa karakteristik maternal berkaitan dengan kenaikan angka kejadian SC di Nova Scotia. Mereka melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian SC tersebut berhubungan dengan perubahan pada usia maternal, paritas, berat badan sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan. Nuthalapaty dkk (2004) dan Wilkes dkk (2003) mengemukakan adanya hubungan antara berat badan maternal dengan distosia. PANDANGAN UMUM Distosia merupakan akibat dari 4 gangguan atau kombinasi antara :. Kelainan Tenaga Persalinan. Kekuatan His yang tidak memadai atau tidak terkordinasi dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataan servik (uterine dysfunction) serta gangguan kontraksi otot abdomen dan dasar panggul pada kala II. Kelainan Presentasi-Posisi dan Perkembangan janin Kelainan pada Tulang Panggul (kesempitan panggul) Kelainan Jaringan Lunak dari saluran reproduksi yang menghalangi desensus janin Secara sederhana, kelainan diatas dapat secara mekanis dikelompokkan kedalam 3 golongan : Kelainan POWER : kontraksi uterus dan kemampuan ibu meneran Kelainan PASSANGER : keadaan janin Kelainan PASSAGE : keadaan panggul

0 komentar

VIDEO DIAN HUSADA

teman tapai dian husada laktasi dian husada suasana kampus dian husada

0 komentar

PICTURE DIAN HUSADA















0 komentar

gambar materi dian husada








0 komentar

perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu.(1)
Klasifikasi perdarahan antepartum yaitu :( 2)
1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)
Ciri-ciri plasenta previa : (2)
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.
Ciri-ciri solusio plasenta : (2)
1. Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His ada
8. Rasa tegang saat palpasi
9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
12. Tidak berhubungan dengan presentasi

Plasenta Previa

Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). (2)
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu : (2)
1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
Etiologi plasenta previa belum jelas. (2)
Diagnosis plasenta previa : (2)
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu
dan berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui
kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan
diatas meja operasi.
Penatalaksanaan plasenta previa : (2)
1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
2. Penanganan aktif bila :
a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati
Perawatan konservatif berupa :
- Istirahat.
- Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
- Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
- Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
Penanganan aktif berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin
pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.
Indikasi melakukan seksio sesar :
- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).
- Gawat janin
Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks.

Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada implantasi normal sebelum janin lahir. (2)
Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan plasenta yaitu :
1. Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih 120 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
Etiologi solusio plasenta belum jelas. (2)
Penatalaksanaan solusio plasenta : (2)
Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur, penderita dimobilisasi. Selama perawatan dilakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan trombosit.
Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaannya meliputi :
1. Pemberian transfusi darah
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar.
Bila diagnosa solusio plasenta secara klinis sudah dapat ditegakkan, berarti perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga transfusi darah harus diberikan minimal 1000 cc. Ketuban segera dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus dan untuk mempercepat persalinan diberikan infus oksitosin 5 UI dalam 500 cc dekstrose 5 %.
Seksio sesar dilakukan bila :
1. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam.
2. Perdarahan banyak.
3. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm.
4. Panggul sempit.
5. Letak lintang.
6. Pre eklampsia berat.
7. Pelvik score kurang 5.

 Insertio vilamentosa/vasa previa

Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. (2)
Etiologi vasa previa belum jelas. (2)
Diagnosis vasa previa : (2)
Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan darah tepi.
Penatalaksanaan vasa previa : (2)
Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

0 komentar

preeklamsi dan eklamsia

Pre-eklampsia (AS: preeklampsia) adalah suatu kondisi medis di mana timbul hipertensi dalam kehamilan (kehamilan-induced hipertensi) dalam hubungannya dengan jumlah signifikan protein dalam urin. Pre-eklampsia mengacu pada satu set gejala bukan faktor penyebab, dan ada banyak penyebab yang berbeda untuk kondisi tersebut. Tampaknya mungkin bahwa ada zat-zat dari plasenta yang dapat menyebabkan disfungsi endotel di pembuluh darah ibu perempuan rentan. Sementara tekanan darah elevasi adalah tanda yang paling terlihat dari penyakit itu, melibatkan kerusakan pada endotel umum ibu, ginjal, dan hati, dengan rilis faktor vasokonstriksi yang sekunder terhadap kerusakan asli.
Pre-eklampsia dapat berkembang dari 20 minggu kehamilan (itu dianggap onset dini sebelum 32 minggu, yang dikaitkan dengan peningkatan morbiditas). Kemajuannya berbeda antara pasien, kebanyakan kasus yang didiagnosis pra-panjang. Pre-eklampsia juga dapat terjadi hingga enam minggu pasca-melahirkan. Selain operasi caesar atau induksi persalinan (dan karenanya pengiriman plasenta), tidak ada obat dikenal. Ini adalah yang paling umum dari komplikasi kehamilan yang berbahaya, itu dapat mempengaruhi baik ibu dan anak yang belum lahir. dan gejala tambahan.
Pre-eklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia, ditandai dengan penampilan tonik-klonik. Hal ini hanya terjadi sangat jarang.
Meskipun eklampsia adalah fatal, pra-eklampsia sering tanpa gejala, maka deteksi tergantung pada tanda-tanda atau investigasi. Meskipun demikian, salah satu gejala yang sangat penting karena sangat sering disalahartikan. Para nyeri epigastrium, yang mencerminkan keterlibatan hati dan khas dari sindrom HELLP, mudah mungkin bingung dengan mulas, masalah yang sangat umum kehamilan. Namun, tidak membakar dalam kualitas, tidak menyebar ke atas menuju tenggorokan, terkait dengan kelembutan hati, bisa menjalar sampai ke belakang, dan tidak berkurang dengan memberikan antasida. Hal ini sering sangat parah, yang digambarkan oleh penderita sebagai nyeri terburuk yang pernah mereka alami. Perempuan yang terkena tidak jarang disebut sebagai dokter bedah umum menderita perut akut, misalnya kolesistitis akut.
Secara umum, tidak ada tanda-tanda pre-eklampsia adalah spesifik, kejang bahkan di kehamilan lebih mungkin untuk memiliki penyebab lain selain eklampsia dalam praktek modern. Diagnosis, oleh karena itu, tergantung pada kebetulan menemukan beberapa pra-eklampsia fitur, bukti akhir yang regresi mereka setelah melahirkan.
Beberapa wanita mengalami tekanan darah tinggi tanpa proteinuria (protein dalam urin), ini disebut Kehamilan-induced hypertension (PIH) atau hipertensi gestasional. Kedua pre-eclampsia dan PIH dianggap sebagai kondisi yang sangat serius dan memerlukan pemantauan yang cermat dari ibu dan janin.
Pre-eklampsia terjadi pada sebanyak 10% dari kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga, dan setelah minggu ke-32. Beberapa wanita akan mengalami pre-eklampsia sedini 20 minggu, meskipun hal ini jarang terjadi. Hal ini jauh lebih umum pada wanita yang hamil untuk pertama kalinya, dan frekuensi turun secara signifikan pada kehamilan kedua. Sementara perubahan ayah pada kehamilan berikutnya sekarang diduga menurunkan risiko, kecuali pada mereka dengan riwayat keluarga hipertensi kehamilan, karena peningkatan usia ibu meningkatkan risiko telah sulit untuk mengevaluasi bagaimana perubahan signifikan sebenarnya ayah dan penelitian menyediakan data yang bertentangan tentang titik ini.
Pre-eklampsia juga lebih umum pada wanita yang telah ada sebelumnya hipertensi, diabetes, penyakit autoimun seperti lupus, thrombophilias berbagai mewarisi seperti Faktor V Leiden, atau penyakit ginjal, pada wanita dengan riwayat keluarga pra-eklampsia, wanita gemuk, dan pada wanita dengan kehamilan multipel (kembar, kembar tiga, dan banyak lagi). Risiko paling signifikan tunggal untuk mengalami pre-eklampsia adalah telah memiliki pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Pre-eklampsia juga dapat terjadi dalam periode pasca-partum segera. Hal ini disebut sebagai "melahirkan pra-eklampsia." Waktu yang paling berbahaya bagi ibu adalah 24-48 jam setelah melahirkan perhatian dan hati-hati harus dibayar untuk pra-eklampsia tanda-tanda dan gejala.

hipertensi

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum atau timbul dalam kehamilan atau pada nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering disertai proteinuri, edema, kejang, koma, atau gejala-gejala lain.

Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Di Amerika Serikat, 1/3 dari kemtian ibu disebabkan karena penyakit ini.di RSHS, pada tahun 1991-1994 ditemukan kejadian hipertensi pada kehamilan sebanyak 5,8% dan 0,6% kejadian eklamsi. Penyakit hipertensi ini bisa menyebabkan partus prematurus yang juga menyumbangkan peningkatan terhadap angka kematian perinatal.

Klasifikasi :
1. Kehamilan yang menyebabkan Hipertensi -  Hipertensi yang timbul sebagai akibat kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas, seperti :
  • Hipertensi tampa proteinuri atau edem
  • Preeklamsi dengan atau tampa proteinuri dan udem, yaitu preeklmsi ringan dan preeklamsi berat
  • Eklamsi, yaitu kejang disertai atau tampa proteinuri dan udem
2. Hipertensi kronis yang mendahului kehamilan dan menetap pada masa nifas
3. Kehamilan yang memperburuk hipertensi – Hipertensi yang sudah ada diperburuk dengan adanya kehamilan, yaitu hipertensi yang diperberat dengan adanya pre eklamsi dan eklamsi
4. Hipertensi sementara – Hipertensi yang terjadi sementara, yang disebut juga transient hipertensi

Pada beberapa keadaan ada hipertensi yang timbul pada trimester kedua atau lebih, dan ditendai dengan kenaikan tekanan darah ringan tanpa mengganggu kehamilan. Hipertensi semacam ini akan menghilang setelah persalinan tetapi dapat berulang pada kehamilan berikutnya.

Adapun keadaan hipertensi pada kehamilan jika disertai dengan proteinuri dan udem dinamakan preeklamsi. Jika ditambah pula dengan kejang maka dinamakan eklamsi. Dalam pembahasan kali ini, preeklamsi dan eklamsi akan dijelaskan oleh rekan yang lain.

Gejala dan tanda
  • Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung keadaan emosional pasien.
  • Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada dua pengukuran berjarak satu jam atau lebih.
  • Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik. Hipertensi karena kehamilan adalah  jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20mgg, selama persalinan, dan atau dalam 48 jam pasca persalinan. Hipertensi kronik adalah jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20mgg.
Penanganan umum

1.    Segera rawat

2.    Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.

3.    Jika pasien tidak bernafas :
  • bebaskan jalan nafas,
  • beri O2 dengan masker,
  • intubasi jika perlu.
4.    Jika pasien tudak sadar atau koma.
  • Bebaskan jalan nafas,
  • Baringkan pada satu sisi,
  • Ukur suhu,
  • Periksa apakah ada kaku tengkuk
5.    Jika pasien syok :lihat penanganan syok

6.    Jika ada perdarahan  : lihat penanganan perdarahan.
  • Baringkan pada satu sisi,tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret,muntahan atau darah,
  • Bebaskan jalan nafas,
  • Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah,
  • Fiksasi,untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.
7.    Jika kejang, baringkan pada satu sisi tempat tidur, arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah. Bebaskan jalan nafas. Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah. Piksasi, untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.

Peran bidan dalam kehamilan

Hal – hal yang harus bidan lakukan dalam pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan :
  1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan, termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.
  2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.
  3. Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring dengan posisi yang sama pada tiap kali pengukuran ( Letakkan tensimeter di tempat yang datar  setinggi jantung ibu hamil dan gunakan ukuran manset yang sesuai)
  4. Catat tekanan darah
  5. Jika tekanan darah diatas 140/90 mmhg atau peningkatan diastole 15 mmhg atau lebih (sebelum 20 minggu),ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1 jam.Bila tetap maka berarti ada kenaikan tekanan darah.Periksa adanya edema terutama pada wajah atau pada tungkai baeah /tulang kering atau daerah sacral.
  6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urin terhadap albumin pada setiap kali kunjungan.
  7. Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : Tekanan darah sangat tinggi, kenaikan tekanan darah  naik secara tiba- tiba,berkurangnya air seni( sedikit dan berwarna gelap),edema berat yang timbul mendadak,khususnya pada wajah/daerah sacral
  8. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema sedangkan doker tidak mudah dicapai maka pantaulah tekanan darah, periksa protein urin terhadap protinuria dan denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam istirahat.
  9. Jika tekanan darah tetep naik ,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan walaupun tidak edema atau proteinuria.
  10. Jika tekanan darah kembali normal atau kenaikannya kurang dari 15 mmhg:
  • Beri informasi atau penjelasan pada ibu hamil ,suami atau keluarga tentang tanda-tanda eklamsia yang mengancam ,khususnya sakit kepala ,pandangan kabur, nyeri ulu hati dan pembengkakan pada kaki/punggung/wajah.
  • Jika tanda-tanda diatas ditemukan segera rujuk ke rumah sakit
   11. Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.
   12. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil / buku KIA.
PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
PADA BERBAGAI TINGKAT PELAYANAN

POLINDES
  1. Rawat jalan 1 x seminggu
  2. Pantau tekanan darah proteinuria, kesejahteraan janin
  3. Tunggu persalinan aterm
PUSKESMAS
  1. Rawat jalan 1 x seminggu
  2. Pantau tekanan darah proteinuria, kesejahteraan janin
  3. Tunggu persalinan aterm
  4. Jika keadaan memburuk tangani sebagai preeklamsia
RUMAH SAKIT
  1. Kendalikan hipertensi seperti pada preeklamsia
  2. Terminasi kehamilan jika terjadi PEB
Hal – hal yang harus diperhatikan atau diingat
  • Tekanan darah harus diukur dengan seksama, sebaiknya pada lengan kiri dalam posisi duduk atau berbaring dengan punggung kiri ditinggikan dengan bantal.
  • Jangan membaringkan ibu hamil terlentang pada punggungnya karena dapat menyebabkan pingsan atau hasil pengukuran tekanan darah yang salah
  • Baca angka pada tensimeter setinggi mata, bila menggunakan tensimeter air raksa.
  • Gunakan ukuran manset yang tepat sedikitnya 80% manset dapat melingkari lengan, dengan selang manset dibagian dalam,tepi bawah manset 2 cm diatas lipatan siku.
  • Guinakan stetoskop dengan benar bagian telinga harus terpasdang dengan baik.
  • Periksa apakah semua peralatan bekerja dengan baik
  • Catat tekanan sistol dan diastol.
Penatalaksanaan persalinan pada pasien dengan hipertensi
  1. Hipertensi essensial, persalinan dengan induksi yang disusul sterilisasi atau melakukan abortus medisinalis. Dengan pertimbangan janin akan mati jika tetap dipertahankan dan prognosa ibu makin lama semakin memburuk.
  2. Preeklamsia ringan, masih bisa ditangani oleh bidan dengan pemantauan intensif tekanan darah. Apabila terjadi peningkatan tekanan diastolik yang berarti segera rujuk.
  3. Preeklamsia berat, bisa dilakukan dengan perawatan aktif. Kehamilan segera diterminasi didahului dengan pemberian terapi medisinalis. Dan segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.
  4. Eklamsia, terminasi kehamilan.

0 komentar

KOMPLIKASI DAN PENYULIT PADA KEHAMILAN TRIMESTER III

PERDARAHAN ANTEPARTUM

Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Yang dimaksud dengan perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun.
Perdarahan antepartum dikelompokan sebagai berikut :
Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan
  • Plasenta previa
  • Solusio plasenta
  • Perdarahan pada plasenta letak rendah
  • Pecahnya sinus marginalis
  • Pecahnya vasa previa
Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan
  • Pecahnya varises vagina
  • Perdarahan polipus servikalis
  • Perdarahan perlukaan serviks
  • Perdarahan karena keganasan serviks
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3%-4% dari semua persalinan, sedangkan kejadian perdarahan antepertum di rumah sakit lebih tinggi karena menerima rujukan.
Penanganan perdarahan antepartum memerlukan perhatian karena dapat saling mempengaruhi dan merugikan janin dan ibunya. Setiap perdarahan antepartum yang dijumpai oleh bidan, sebaiknya dirujuk ke rumah sakit atau ke tempat dengan fasilitas yang memadai karena memerlukan tata laksana khusus.
PLASENTA
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm dan berat rata-rata 500 gram. Plasenta berhubungan dengan tali pusat, jika letak tali pusat ditengah plasenta maka keadaan ini disebut insertio sentralis, jika letak tali pusat agak ke pinggir, disebut insertio lateralis, dan bila dipinggir disebut insertio marginalis. Namun, terkadang tali pusat terletak diluar plasenta dan hubungan antara tali pusat dan plasenta melalui selaput janin, jika demikian maka keadaan ini disebut insertio velamentosa.
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu.
Fungsi plasenta, antara lain
  • Sebagai alat yang memberikan nutrisi pada janin (nutritif)
  • Sebagai alat yang mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi)
  • Sebagai alat yang memberikan zat asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi)
  • Sebagai alat yang membentuk hormon
  • Penyalur antibodi ke janin
PERDARAHAN YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN KEHAMILAN
A. SOLUSIO PLASENTA
Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abruptio plasenta atau separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptur sinus marginalis.
Pelepasan sebagian atau seluruh plasenta dapat menyebabkan perdarahan baik dari ibu maupun janin. Kejadian ini merupakan peristiwa yang serius dan merupakan penyebab sekitar 15% kematian prenatal. 50% kematian ini disebabkan oleh kelahiran prematur dan sebagian besar dari sisa jumlah tersebut meninggal karena hipoksia intrauterin. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.
Penyulit terhadap ibu dapat dalam bentuk :
  • Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum
  • Terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan
  • Penderita tampak anemis
  • Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah, karena terjadi pembekuan intravaskuler yang diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan terjadinya perdarahan
  • Setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum karena atonia uteri atau gangguan pembekuan darah
  • Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi sekunder
  • Peningkatan timbunan darah dibelakang plasenta dapat menyebabkan rahim yang keras, padat dan kaku
  • Penyulit terhadap janin dalam rahim, tergantung luas plasenta yang lepas, dimana dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim.
Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar dibawah selaput ketuban, yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan keluar, atau tersembunyi dibelakang plasenta membentuk hematoma retroplasenter. Hematoma retroplasenter yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, atau kedua-duanya atau perdarahannya menembus selaput ketuban masuk kedalam kantung ketuban. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas dan pada umumnya lebih berbahaya daripada solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
Solusio plasenta dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1)      Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, biasanya pada jenis ini keadaan penderita lebih jelek, plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang, sering berkaitan dengan hipertensi.
2)      Solusio plasenta dengan perdarahan keluar, pada jenis ini biasanya keadaan umum penderita relatif lebih baik, plasenta terlepas sebagian atau inkomplit dan jarang berhubungan dengan hipertensi.
Etiologi/penyebab
Etiologi solusio plasenta belum diketahui. Keadaan berikut merupakan faktor predisposisi/pemicu timbulnya solusio plasenta, yaitu:
Trauma langsung terhadap uterus ibu hamil
  • Terjatuh terutama tertelungkup
  • Tendangan anak yang sedang digendong
  • Trauma eksternal lainnya
Traum kebidanan, artinya terjadi karena tindakan kebidanan yang dilakukan
  • Setelah dilakukan versi luar
  • Setelah memecahkan ketuban
  • Persalinan anak kedua hamil kembar
Faktor predisposisi
  • Hipertensi esensialis atau hipertensi
  • Tali pusat pendek
  • Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
  • Hamil pada usia lanjut
  • Multiparitas
  • Bersamaaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
  • Defisiensi asam folat
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan menyebabkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau tidak mengakibatkan gawat janin.
Gambaran klinik
Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak (plasenta terlepas kurang dari ¼ luasnya), sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak tegang. Walaupun demikian bagian-bagian janin masih muda teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio plasenta ringan ialah perdarahan pervaginam  yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan plasenta previa yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai duapertiganya luas permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti pada solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam nampak sedikit , seluruh perdarahannya mungkin mencapai 1000ml. Ibu mungkin telah jatuh kedalam syok, demikian pula janinnya kalau masih hidup dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda persalinan telah ada, dan persalinan itu akan selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun kebanyakan terjadi pada solusio plasenta berat.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari dua pertiga permukaannya. Terjadinya sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh kedalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibunya, malah perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal. Solusio plasenta berat dengan couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.
Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
a. Anamnesa
  • Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
  • Terjadi spontan atau karena trauma
  • Perut terasa nyeri
  • Tampak anemis
  • Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik umum
  • Keadaan umum penderita tampak tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
  • Tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
  • Penderita tampak anemis
Pemeriksaan khusus
  • Palpasi abdomen
Perut tegang terus menerus
Terasa nyeri saat di palpasi
Bagian janin sukar ditentukan
  • Auskultasi
Denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat
  • Pemeriksaan dalam
Terdapat pembukaan
Ketuban tegang menonjol
c. Pemeriksaan penunjang, dengan ultrasonografi dijumpai perdarahan antara plasenta dengan dinding abdomen
Tanda dan gejala solusio plasenta berat
  • sakit perut terus menerus
  • nyeri tekan pada uterus
  • uterus tegang terus menerus
  • perdarahan pervaginam
  • syok
  • bunyi jantung janin tidak terdengar lagi
  • air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-merahan karena bercampur darah
Pada solusio plasenta sedang tidak semua tanda dan gejala perut itu lebih nyata, seperti sakit perut terus menerus, nyeri tekan pada uterus dan uterus tegang terus menerus. Akan tetapi dapat dikatakan tanda ketegangan uterus yang terus menerus merupakan tanda satu-satunya yang selalu ada pada solusio plasenta, juga ada pada solusio plasenta ringan. Menegakkan diagnosis solusio plasenta dengan menggunakan ultrasonografi sangat membantu apabila mengalami keragu-raguan dalam menegakkan diagnosis.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.  Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
Komplikasi pada ibu
  • Perdarahan
    • Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
    • Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anemis sampai syok (waspada perdarahan tersembunyi)
    • Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
    • Gangguan pembekuan darah
      • Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis
      • Terjadi penurunan fibrinogen, sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah
      • Oliguria
        • Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang
        • Perdarahan postpartum
          • Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri
          • Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan
          • Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah selesai, penderita belum bebas dari bahaya perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala 3 dan kelainan pembekuan darah. Kontraksi uterus yang tidak kuat itu disebabkan ekstravasasi darah diantara otot-otot miometrium, seperti yang terjadi pada uterus couvelaire.
Komplikasi pada janin
  • Perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin dalam rahim
  • Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasinya si fundus uteri
Penatalaksanaan
Lakukan uji pembekuan darah, kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit atau terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah terpecah menunjukan adanya koagulapati.
Transfusi darah segar
Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan persalinan segera.
Seksio caesarea dilakukan jika:
  • janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera (pembukaan belum lengkap)
  • janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu singkat
  • persiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan
Partus pervaginam, dilakukan apabila :
janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul.
  • Amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala 2 dengan ekstraksi forcep/vakum
  • Janin telah meninggal dan pembukaan serviks lebih dari 2 cm
  • Lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dextrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.
  • Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari kemudian.
Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam bentuk rujukan diberikan pertolongan darurat
  • Pemasangan infus
  • Tanpa melakukan pemeriksaan dalam/vaginal toucher
  • Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
  • Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat
  • Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama
B. PLASENTA PREVIA
Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagian plasenta previa :
  • Plasenta previa totalis : jika seluruh pembukaan (ostium uteri internum) tertutup oleh jaringan plasenta
  • Plasenta previa parsialis : hanya sebagian pembukaan yang tertutup oleh jaringan plasenta
  • Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
  • Plasenta letak rendah : plasenta yang implantasinya rendah tapi tidak sampai ke ostium uteri internum, pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir
Tingkatan dari plasenta previa ini tergantung dari besarnya ukuran dilatasi serviks. Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik dilatasi serviks. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa total pada pembukaan 2 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm karena dilatasi serviks telah melebihi tepi plasenta.
Pada keadaan ini, baik plasenta parsialis maupun totalis akan terjadi pelepasan sebagian plasenta yang tidak dapat dihindari, sebagai akibat dari pembentukan segmen bawah rahim dan dilatasi serviks. Pelepasan ini akan menyebabkan terjadinya perdarahan yang disebut perdarahan antepartum.
Etiologi
Etiologi tentang mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim tidak dapat diterangkan dengan jelas. Faktor resiko terjadinya plasenta previa antara lain adalah pertambahan usia ibu multiparitas. Dalam sebuah penelitian dari 314 wanita denagn paritas 5 atau lebih, Babinski (1999) melaporkan bahwa 2,2% insiden dari previa meningkat secara signifikan seiring dengan pertambahan usia masing-masing kelompoknya. Ekstrimnya, 1 dari 1500 wanita berusia 19 tahun kebawah dan 1 banding 100 pada wanita berusia lebih dari 35 tahun.
William dkk juga menerangkan bahwa dengan merokok resiko terjadinya plasenta previa meningkat 2x lipat. Teori yang diberikan adalah bahwa hipoksemi menyebabkan terjadinya kompensasi dari plasenta sehingga terjadi hipertropi.
Secara ultrasonografi pada usia kehamilan muda sering didapatkan adanya plasenta letak rendah. Hal ini disebabkan pada kehamilan muda segmen bawah rahim belum terbentuk, tetapi dengan meningkatnya usia gestasi, perlahan-lahan didapatkan perubahan letak plasenta.
Perubahan plasenta tampaknya terjadi karena pembesaran segmen atas rahim dan pembentukan segmen bawah rahim, sehingga disarankan bagi wanita hamil untuk melakukan USG pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk melihat apakah terjadi perubahan letak plasenta atau tidak.
Faktor terpenting terjadinya plasenta previa adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua sehingga menyebabkan atrofi dan peradangan pada endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat pada :
  • Multipara, terutama kalau jarak kehamilan yang pendek
  • Pada mioma uteri
  • Kuretase yang berulang-ulang
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta tumbuh/berimplantasi mendekati atau menutupi ostium internum untuk mencukupi kebutuhan janin. Implantasi palsenta pada segmen bawah rahim menyebabkan kanalis servikalis tertutup dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan.
Implantasi plasenta yang kurang baik disebabkan oleh :
  • Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
  • Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan bagi plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin
  • Villi korealis pada korion leave yang persisten
Gambaran klinik
  • Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar
  • Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya
  • Timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
  • Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak plasenta yang berada dibawah janin
  • Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi, teraba jaringan plasenta
Diagnosis
Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum ataukah dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radio isotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada pemeriksaan radiografi dan radio isotop, ibu dan janin akan dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan ultrasonografi (USG) tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri sehingga cara ini dianggap sangat tepat untuk mengetahui letak plasenta.
Penentuan letak secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan hebat. Sehingga pemeriksaan secara langsung lewat pemeriksaat dalam harus dilakukan di meja operasi, dimana jari-jari masuk secara hati-hati ke dalam ostium uteri internum (OUI) untuk meraba adanya jaringan plasenta.
Komplikasi
Pada ibu
  • Perdarahan pascasalin
  • Syok hipovolemik
  • Infeksi-sepsis
  • Laserasi serviks
  • Plasenta akreta
  • Emboli udara (jarang)
  • Kelainan koagulapati sampai syok
  • Kematian
Pada anak
  • hipoksia
  • anemia
  • prolaps tali pusat
  • prolaps plasenta
  • prenaturiotas atau lahir mati
  • kematian
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa tergantung dari usia gestasi dimana akan dilakukan penatalaksanaan aktif, yaitu mengakhiri kehamilan (terminasi) ataupun mempertahankan kehamilan selama mungkin (ekspektatif).
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa dilakukan pemeriksaan dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan dengan baik. Tindakan yang akan kita pilih tergantung dari faktor-faktor :
  • jumlah perdarahan banyak/sedikit
  • keadaan umum ibu/anak
  • umur kehamilan/taksiran BB janin
  • besarnya pembukaan/kemajuan persalinan
  • tingkat plasenta previa
  • paritas
Penanganan ekspektatif
kriteria
  • keadaan umum ibu dan anak baik
  • janin masih kecil
  • perdarahan sudah berhenti atau masih sedikit sekali
  • kehamilan kurang dari 37 minggu
  • belum ada tanda-tanda persalinan
rencana penanganan
  • istirahat baring mutlak
  • infus dextrose 5% dan elektrolit
  • spasmolitik, tokolitika, plasentotrofik, roborantia
  • periksa Hb, HCT, C OT, golongan darah
  • USG
  • Awasi perdarahan terus menerus, TD, nadi dan DJJ
Penanganan aktif/terminasi
Yaitu kehamilan harus segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, bila keadaan umum ibu dan anak tidak baik, perdarahan banyak (lebih dari 500 cc), ada tanda-tanda persalinan, umur kehamilan lebih dari 37 minggu.
  • Persalinan dengan seksio caesarea
Segera melahirkan bayi dan plasenta sehingga memungkinkan uterus berkontraksi dan perdarahan dapat segera dihentikan, selain itu juga mencegah terjadinya laserasi serviks. Misalnya pada penderita dengan perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nullipara dan tingkat plasenta previa yang berat.
Indikasi SC
  • Plasenta previa totalis
  • Plasenta previa pada primigravida
  • Plasenta previa janin letak lintang atau sungsang
  • Anak berharga dan fetal distress
  • Plasenta previa lateralis jika :
Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak
Sebagian besaar OUI ditutupi plasenta
Plasenta terletak disebelah belakang
  • Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir cepat
  • Persalinan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah meninggal atau prematur. Dengan adanya penurunan kepala diharapkan dapat menekan plasenta pada tempat implantasinya didaerah terjadinya perdarahan selama proses persalinan berlangsung. Sehingga bagian terbawah janin berfungsi sebagai tampon untuk mencegah perdarahan yang lebih banyak.
Indikasi partus pervaginam
  • Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecahkan (amniotomi) jika his lemah, berikan oksitosin per drip
  • Bila perdarahan masih terus berlangsung, lakukan SC
  • Tindakan versi Braxton-hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong kepada janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, janin masih kecil atau sudah meninggal dan tidak ada fasilitas untuk dilakukan operasi
C. PERDARAHAN KARENA PECAHNYA VASA PREVIA
Vasa previa adalah menyilangnya pembuluh darah plasenta yang berasal dari insertio velamentosa pada kanalis servikalis. Insersi velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.
Untuk menegakan diagnosis vasa previa agak sukar dan memerlukan pengalaman, disamping jumlahnya tidak terlalu banyak bila dapat ditemukan pada pembukaan dalam, maka satu-satunya sikap adalah mengirim penderita ke rumah sakit untuk persalinan dengan primer seksio sesarea. Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
D. PECAHNYA SINUS MARGINALIS
Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi-tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih  berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.
PERDARAHAN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN KEHAMILAN
Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan tidak akan membahayakan janin dalam rahim, tetapi lebih memberatkan ibunya. Perdarahan yang terjadi dapat berlangsung sebelum hamil trimester ketiga.
Keadaan umum penderita dan janin dalam rahim tidak terpengaruh banyak karena sifat perdarahan sedikit, spotting (bercak/flek) atau intermitten (sewaktu-waktu). Untuk dapat menegakan asal perdarahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam dan melakukan pemeriksaan inspekulo. Dengan pemeriksaan tersebut dapat ditetapkan asal perdarahan
  • Varises pecah
  • Polip serviks atau endometrium
  • Perlukaan serviks
  • Keganasan pada serviks
Penanganan lebih lanjut dapat dilakukan oleh bidan dengan melakukan konsultasi ke puskesmas, dokter ataupun rumah sakit.